Macam-Macam Metoda Starting Motor Induksi
Metoda Starting Motor Induksi |
Motor induksi merupakan jenis motor listrik yang paling banyak digunakan dalam teknologi industri sebagai mesin penggerak, seperti penggerak pada pompa, blower, kipas, mesin vacuum, conveyor, elevator, lifter, vibrator, compressor, dan lain-lain.
Dalam
klasifikasi mesin-mesin listrik, motor listrik ac (alternating current)
dibagi menjadi dua jenis, yaitu motor sinkron dan motor induksi (asinkron). Sebelumnya,
kami menulis artikel tentang “Metoda Starting Motor Sinkron (SynchronousMotor)”, bila kalian tertarik, kalian dapat membacanya. Dalam hal starting,
berbeda dengan motor sinkron yang tidak memiliki kemampuan self starting,
motor induksi memiliki kemampuan self starting sehingga metoda yang
digunakan untuk melakukan running menjadi lebih mudah.
Untuk
melakukan running sebuah motor induksi, terdapat beberapa metoda untuk
menyuplai daya listrik terhadap belitan statornya. Setiap metoda akan memiliki
rangkaian starting yang berbeda, dan tentunya juga memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.
Beberapa
metoda starting motor induksi tersebut adalah menggunakan rangkaian DOL
starting, rangkaian star-delta starting, menggunakan autotransformer
starter, menggunakan resistive starter, dan menggunakan VSD/VFD. Untuk
penjelasan lebih detail mengenai tiap-tiap metoda, berikut kami sajikan pembahasannya.
1. Direct
On The Line (DOL) Starting
Berikut
ini adalah skema rangkaian daya dan rangkaian kontrol DOL starting motor
induksi.
Rangkaian DOL Starting Motor Induksi
Pada
rangkaian daya, CB adalah circuit breaker. Komponen ini pada aplikasinya
dapat berupa sebuah MCCB atau MCB 3 pole. Fungsinya adalah sebagai alat
proteksi terhadapa gangguan hubung singkat (short circuit). Kemudian M
adalah magnetic contactor, berfungsi sebagai pemutus dan penghubung
rangkaian suplai daya terhadap motor. Perhatikan bahwa ketika M open,
maka rangkaian terputus dan motor berhenti, sebaliknya, ketika M close,
rangkaian terhubung dan motor akan tersuplai daya dan running. Status open
dan close dari komponen M ini di kontrol melalui rangkaian kontrol. Untuk
penjelasan lebih detail mengenai logic control rangkaian ini, kalian
dapat membaca tulisan kami sebelumnya yang berjudul “Rangkaian DOL Starting Motor Induksi”.
Komponen
selanjutnya adalah TOR, yaitu thermal overload relay, dimana alat ini
berfungsi sebagai proteksi terhadap kondisi overload/over current. Komponen
ini memiliki set point berupa limit arus listrik (ampere) yang
dapat melaluinya. Ketika arus yang mengalir melebihi limit tersebut, maka TOR
akan trip dan memutus contact relay TOR pada rangkaian kontrol, sehingga
komponen M akan open dan motor akan berhenti beroperasi.
Kelebihan
metoda starting DOL ini adalah low cost. Sedangkan kekurangannya adalah
tidak memiliki fungsi mengurangi inrush current atau starting current
(arus mula). Mengacu pada kelebihan dan kekurangan tersebut, maka DOL starting
cocok digunakan untuk motor induksi berkapasitas kecil, yaitu 5 kW atau kurang,
karena dianggap inrush currentnya tidak signifikan mengganggu jaringan
listrik.
2. Star-Delta
Starting
Berikut
adalah skema rangkaian star-delta starting untuk sebuah motor induksi. Untuk
memahami konsep rangkaian ini, kami merekomendasikan kalian membaca artikel
kami yang berjudul “Wiring Motor Induksi, Star Atau Delta?”.
Rangkaian Star-Delta Starting Motor Induksi
Komponen
CB dan TOR memiliki peranan seperti yang kami jelaskan pada pembahasan di atas.
Yang berbeda dari start-delta starting ini dibandingkan dengan DOL
starting adalah ia menggunakan 3 unit magnetic contactor tiga pole (M1,
M2, dan M3).
Mula-mula
pada proses starting, M1 dan M2 close secara bersamaan, sedangkan
M3 open. Perhatikan bahwa kondisi ini menyebabkan motor induksi memiliki
konfigurasi wiring star atau Y (bintang). Kemudian, selang beberapa
detik, status kontaktor berubah. M2 open, sedangkan M1 dan M3 akan close
secara bersamaan. Kondisi ini menyebabkan motor memiliki konfigurasi wiring
delta (segitiga). Untuk penjelasan lebih detail mengenai logic control
rangkaian ini, kalian dapat membaca tulisan kami sebelumnya yang berjudul “RangkaianStar-Delta Starting Motor Induksi”.
Perubahan
konfigurasi wiring dari star ke delta ini memiliki keuntungan meredam inrush
current motor induksi pada saat proses starting, sebesar 1/√3 dari inrush
current menggunakan DOL starting. Interval waktu dari kondisi star
berubah menjadi delta umumnya berkisar antara 3 hingga 8 detik. Metoda starting
ini cocok digunakan untuk motor dengan kapasitas 5 kW hingga 100 kW secara
ekonomis. Namun, peredaman arus menggunakan rangkaian ini tidak soft,
sehingga tidak cocok digunakan pada motor diatas 30 kW yang terhubung dengan
sistem gearbox atau pada aplikasi yang membutuhkan soft starter.
3. Autotransformer
Starter
Pada
dasarnya, penggunaan autotransformer berfungsi untuk menurunkan tegangan
suplai pada saat starting, dan memberikan tegangan nominal yang sesuai
saat motor running dalam kondisi steady. Hal ini bertujuan untuk
meredam inrush current. Berikut adalah skema rangkaian penggunaan autotransformer
starter untuk proses starting motor induksi.
Rangkaian Autotransformer Starter Motor Induksi
Gambar
belitan berwarna merah muda adalah sebuah autotransformer 3 phase. Rangkaian
ini menggunakan 3 buah kontaktor tiga pole, yaitu M1, M2 dan M3. Perhatikan bahwa
pada saat starting, M1 dan M3 close bersamaan, sedangkan M2 open. Kondisi ini
menyebabkan suplai tegangan pada motor induksi semisal melalui sebuah trafo step-down
dengan konfigurasi trafo hubung bintang (star atau Y). maka tegangan yang masuk
ke terminal motor bernilai lebih kecil dari tegangan suplai R, S dan T.
Kemudian
selang beberapa detik, status kontaktor berubah, M1 dan M3 open, dan M2 close,
sehingga menyebabkan rangkaian seolah menjadi DOL starting, dan motor
mendapatkan tegangan suplai sesuai tegangan nominalnya.
Dalam
hal fungsi kerja, rangkaian ini mirip dengan rangkaian star-delta starting,
namun keunggulannya adalah tegangan start dapat lebih disesuaikan nilainya pada
tapping autotransformer. Tentu dengan adanya komponen autotransformer,
rangkaian ini menjadi lebih mahal dibandingkan dengan rangkaian star-delta starting.
4. Resistive
Starter
Dalam
hal fungsi, penggunaan resistive starter memiliki prinsip yang sama
dengan penggunaan autotransformer. Berikut adalah rangkaian starting
motor induksi menggunakan 3 step resistive starter.
Rangkaian Resistive Starter Motor Induksi
Mula-mula M1 close, kontaktor lain open.
Menyebabkan sistem suplai melalui sebuah resistor dengan nilai hambatan atau
resistansi maksimal, sehingga tegangan suplai bernilai rendah dan arus starting
lebih rendah pula. Tahap kedua adalah M1 dan M2 close, kontaktor lain open.
Menyebabkan nilai resistansi berkurang, sehingga tegangan suplai meningkat. Tahap
ketiga adalah M1 dan M3 close, kontaktor lain open, nilai
resistansi semakin berkurang. Tahap terakhir dalah M1 dan M4 close,
kontaktor lain open, sehingga sistem suplai tidak lagi melalui resistor,
dan rangkaian menjadi seperti DOL starting, motor mendapatkan tegangan
nominal yang sesuai.
Keunggulan
dari penggunaan resistive starter ini adalah proses starting yang
lebih halus dari segi peredaman arus dan torsi motor. Semakin banyak step
resistor, semakin smooth proses starting, namun semakin
banyak pula komponen kontaktor yang diperlukan sehingga akan semakin mahal dari
segi biaya. Penggunaan prinsip rangkaian ini digunakan pula pada alat bernama soft starter.
5. Variable
Speed/Frequency Drive (VSD/VFD)
VSD
atau VFD kerap digunakan untuk kontrol kecepatan motor induksi dengan
mengontrol frekuensi suplai daya listrik. perubahan frekuensi daya listrik (Hz)
suplai akan berbanding lurus dengan perubahan kecepatan (rpm) motor induksi. Selain
berfunsi sebagai pengatur kecepatan, penggunaan VFD ini juga memiliki kelebihan
peredaman arus starting yang baik.
Berikut
adalah skema rangkaian penggunaan VSD atau VFD untuk starting sebuah
motor induksi.
Rangkaian VFD atau VSD Untuk Suplai Motor Induksi
Perhatikan
bahwa wiring suplai dapat berupa sistem 3 phase maupun sistem 1 phase, namun
output dari komponen VFD ini akan berupa 3 phase. Pemilihan kedua rangkaian ini
ditentukan oleh kebutuhan tegangan nominal dari pada motor induksinya.
Bila
kalian memiliki sistem suplai 220/380V, penerapan suplai 3 phase pada terminal
input VFD (L1, L2, L3) seperti gambar pertama, menghasilkan tegangan output
pada terminal output VFD (U,V,W) bernilai 380V. hal ini berarti, bila motor
kalian memiliki tegangan nominal 380V, maka wiring pada terminal motor tersebut
haruslah menggunakan konfigurasi delta (segitiga), namun, jika motor tersebut
memiliki tegangan nominal 220V, maka wiring pada motor harus menggunakan
konfigurasi star (Y atau bintang).
Bila
kalian memiliki sistem suplai 220/380V, penerapan suplai 1 phase pada terminal
input VFD (L dan N) seperti gambar kedua, menghasilkan tegangan output pada
terminal output VFD (U,V,W) bernilai 220V. hal ini berarti, kalian tidak bisa
menggunakan rangkaian kedua ini untuk motor yang memiliki tegangan nominal 380V.
Namun, jika motor tersebut memiliki tegangan nominal 220V, maka wiring pada
motor harus menggunakan konfigurasi delta (segitiga).
Penggunaan
VFD atau VSD memiliki banyak kelebihan dari sisi teknis dibandingkan rangkaian
metoda starting lainnya. Selain itu, VFD dilengkapi sistem proteksi yang
lengkap, dan kita dapat mengaturnya melalui pengaturan parameter di dalam komponen
VFD, seperti proteksi terhadap overload, over torque, over voltage,
undervoltage, phase failure, dan lain-lain. Namun, dari sisi ekonomi, penggunaan
VFD lebih mahal, sehingga, umumnya, apabila tidak membutuhkan kontrol kecepatan
motor, starting motor induksi lebih optimum menggunakan metoda lainnya yang
lebih low cost.
Penulis
: ER
0 Response to "Macam-Macam Metoda Starting Motor Induksi"
Post a Comment