Cara Menentukan Kebutuhan Kapasitas Genset
Generator Set (Genset) 3 Phase |
Generator set atau biasa disebut genset adalah mesin pembangkit listrik yang didesain compact, sehingga mudah dipindahkan dan mudah dipasang kembali. Komponen utama genset terdiri dari dua jenis mesin, yang pertama adalah fuel engine (mesin disel atau mesin bensin), dan yang kedua adalah generator listrik. Fuel engine berfungsi mengubah energi panas dari pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik berupa gerak rotasi. Sementara generator, berfungsi mengubah energi mekanik dari fuel engine menjadi energi listrik. Selain dua komponen utama tersebut, tentu dalam sebuah genset akan terdapat engine cooling system, fuel injector system, serta sistem kontrol dan monitor.
Berdasarkan
keluaran energi listriknya, genset dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu genset
3 phase dan genset 1 phase. Genset 3 phase akan menghasilkan daya listrik 3
phase (R,S,T atau U,V,W), dan umumnya digunakan oleh pabrik, hotel, apartemen,
rumah sakit, dan bangunan pengguna daya listrik besar lainnya. Genset 3 phase
juga umumnya menggunakan bahan bakar solar (diesel engine), karena lebih
hemat biaya bahan bakar dibandingkan bensin. Dan, karena kapasitas genset 3
phase umumnya cukup besar, maka dimensi unitnya pun cukup besar, sehingga
umumnya didesain untuk instalasi stasionary (tidak berpindah pindah),
kecuali untuk kebutuhan khusus.
Genset 1 phase
akan menghasilkan daya listrik 1 phase, dan umumnya digunakan oleh pengguna
listrik berdaya kecil, seperti rumah tangga, home industry, kantor kepala
desa, dan lain-lain. Genset 1 phase umumnya berukuran cukup kecil dan didesain
untuk instalasi mobile (mudah dipindahkan). Kemudian, sama halnya dengan
genset 3 phase, genset 1 phase juga umumnya menggunakan bahan bakar solar (diesel
engine).
Pada artikel ini,
kami ingin membahas tentang cara menentukan kebutuhan kapasitas genset secara
ideal. Tentu kalian memahami, bahwa kapasitas genset yang terlalu kecil
terhadap total beban, akan mengakibatkan genset tidak mampu menyuplai ke
seluruh beban, akan tetapi, kapasitas genset yang terlalu besar juga akan
menyebabkan penggunaan genset tidak efisien (lebih boros bahan bakar, menggunakan
space area lebih besar, dan efisiensi konversi energi lebih rendah). Oleh
karena itu, kita perlu menentukan kapasitas genset agar lebih sesuai dengan
kebutuhan total beban listrik yang akan di suplai, berikut kami bahas secara
sistematis.
Analisa Total Beban
Langkah pertama
yang perlu kita tentukan adalah total beban listrik yang ingin disuplai oleh
genset. Beban listrik adalah semua peralatan listrik, seperti pada beban rumah
tangga berupa lampu, air conditioner, televisi, pompa air, kulkas, mesin
cuci, dan lain-lain. Sedangkan pada sebuah pabrik, beban listrik berupa motor
listrik, air handling unit, water chiller, mesin-mesin produksi,
dan lain-lain. Beban listrik biasa dinyatakan dalam satuan Watt (W) atau
kilowatt (kW), dimana nilai tersebut merupakan konsumsi daya listrik maksimum
dari suatu peralatan listrik.
Jika genset
hendak dijadikan sebagai back up supply, maka tidak semua peralatan
dihitung sebagai beban genset. Biasanya, genset sebagai back up, hanya
akan menyuplai beberapa beban primer saja, seperti penerangan atau suatu mesin
yang tidak boleh berhenti beroperasi. Namun, jika genset dijadikan sebagai main
supply, maka semua peralatan listrik harus dihitung. Oleh karen itu, sebelum
menentukan kapasitas genset, tentukanlah terlebih dahulu total kebutuhan
bebannya, dalam satuan Watt atau Kilowatt.
Nilai Tegangan Nominal
Tegangan nominal (nominal
voltage) adalah nilai tegangan listrik keluaran genset yang diinginkan. Nilai
ini tentu harus sesuai dengan kebutuhan beban-beban listrik yang akan disuplai.
Di Indonesia, standard nilai tegangan untuk listrik 1 phase adalah 220 Vac
dengan toleransi 10%, sedangkan standard nilai tegangan untuk listrik 3 phase
adalah 220/380 Vac dengan toleransi 10% (220V untuk tegangan phase dengan
netral, 380V untuk tegangan phase dengan phase). Apabila kita mendesain untuk
keperluan beban listrik lain, misalnya 110Vac yang digunakan dibeberapa negara,
maka tegangan nominal genset perlu menyesuaikan. Akan tetapi, untuk genset
dengan sistem kontrol yang lebih canggih, umumnya di lengkapi dengan komponen automatic
voltage regulator (AVR), dimana tegangan output dapat diatur dengan rentang
nilai yang cukup luas.
Menentukan Kapasitas Genset 1 Phase
Kapasitas genset
dinyatakan dengan daya tampak (apparent power) maksimum yang dapat
dihasilkan, dengan satuan volt-ampere (VA) atau kVA. Pada sistem listrik
1 phase, daya tampak ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S =
P / pf
S : Daya tampak (kVA) atau kapasitas
genset
P : Daya aktif (kW) atau kapasitas
beban
pf : Power factor/faktor daya
Note : Nilai pf bervariasi bergantung
spesifikasi genset, namun, tipikalnya genset memiliki power factor senilai 0,8.
Sebagai contoh,
apabila pada tahap Analisa total beban, kita mendapati kapasitas total beban 1
phase adalah sebesar 2 kW, maka kapasitas genset yang dibutuhkan untuk suplai beban
2 kW adalah sebagai berikut:
S = P / pf
S = 2 kW / 0,8
S = 2,5 kVA
Note : pada
sistem kelistrikan 1 phase, P = S x pf = V x I x pf (jadi, S = V x I, dimana V
adalah tegangan dan I adalah arus listrik).
Menentukan Kapasitas Genset 3 Phase
Pada sistem listrik
3 phase, daya tampak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S =
P / pf
S : Daya tampak (kVA) atau kapasitas
genset
P : Daya aktif (kW) atau kapasitas
beban
pf : Power factor/faktor daya
Note : Nilai pf bervariasi bergantung
spesifikasi genset, namun, tipikalnya genset memiliki power factor senilai 0,8.
Sebagai contoh,
apabila pada tahap Analisa total beban, kita mendapati kapasitas total beban 3
phase adalah sebesar 100 kW, maka kapasitas genset yang dibutuhkan untuk suplai
beban 100 kW adalah sebagai berikut:
S = P / pf
S = 100 kW / 0,8
S = 125 kVA
Note : pada
sistem kelistrikan 3 phase, P = S x pf = 1,732 x V x I x pf (jadi, S = 1,732 x
V x I, dimana V adalah tegangan dan I adalah arus listrik).
Oversize Kapasitas Genset
Perhitungan
kapasitas genset yang dibutuhkan pada contoh di atas merupakan penentuan secara
ideal berdasarkan perhitungan matematis. Pada praktek desain, umumnya seorang
engineer akan melakukan oversize sebesar 25% dari kapasitas genset hasil
perhitungan. Tujuan dilakukannya oversize adalah untuk memastikan
kapasitas genset tidak kurang dari total beban (redundancy), kemudian alasan
yang lebih penting adalah untuk berjaga-jaga apabila suatu waktu kedepan, ada penambahan
beban baru yang perlu di back up oleh genset tersebut, sehingga dengan kapasitas
yang telah oversize, tidak menimbukan masalah perlunya penggantian
genset baru apabila kebutuhan kapasitas meningkat.
Demikian pembahasan
kami tentang cara menentukan kebutuhan kapasitas genset. Apabila kalian ingin
berdiskusi lebih dalam, atau memberikan tambahan referensi, kritik atau saran
untuk pengembangan artikel ini, silahkan untuk meninggalkan komentar.
Penulis : ER
0 Response to "Cara Menentukan Kebutuhan Kapasitas Genset"
Post a Comment