Komparasi Baterai Timbal, Nikel dan Lithium
Baterai Sebagai Penyimpan Energi Listrik |
Baterai merupakan teknologi penyimpanan energi listrik yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya dan juga faktor biayanya yang lebih ekonomis dibandingkan jenis penyimpanan energi listrik lainnya.
Baterai memiliki banyak jenis, namun
secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu baterai timbal, nikel dan lithium.
Pada pembahasan kali ini, kami ingin membahas komparasi antara ketiga jenis
baterai tersebut, mulai dari prinsip kerja, kelebihan dan kekurangannya, serta
praktik aplikasinya.
Lead-Acid
Battery (Baterai Timbal)
Baterai
asam-timbal (lead-acid battery)
merupakan baterai yang paling umum digunakan dalam sistem penyimpanan energi
listrik, seperti untuk daya suplai cadangan, penyimpanan pada pembangkit tenaga
surya, tenaga angin, baterai starter
pada kendaraan bermotor, dan lain-lain. Prinsip kerja baterai jenis ini yaitu berdasarkan
reaksi kimia antara timbal dioksida (katoda), timbal (anoda), dan asam sulfat (H2SO4)
sebagai larutan elektrolit.
Umumnya
baterai timbal memiliki lifetime 6 hingga 15 tahun dengan lifecycle
1.500 siklus, dan depth of discharge
mencapai 80%. Tipikal baterai jenis ini memiliki tegangan sel sebesar 2 volt
dan densitas energi dan daya sebesar 30 Wh/kg dan 180 W/kg berurutan. Beberapa
keunggulan yang dimiliki baterai timbal diantaranya sebagai berikut:
1. Efisiensi
relatif sangat tinggi, antara 85% - 90%.
2. Harga
relatif jauh lebih rendah dibanding baterai jenis lain.
3. Instalasi
sederhana, mudah dan juga low maintenance.
4. Self-discharge rate
sangat rendah, sekitar 2% dari rating kapasitasnya
per bulan (pada temperatur 250C).
Adapun
beberapa kekurangan dari baterai timbal diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Lifetime
dan lifecycle-nya relatif pendek,
tipikal 5 – 15 tahun atau 1.200 – 1.800 cycle
pada standar deep of discharge 80%.
2. Penggunaan
pada deep of discharge tinggi dapat
merusak elektroda (katoda dan anoda) baterai dan akan mengurangi lifetime baterai.
3. Temperatur
kerja yang tinggi (450C atau lebih) dapat mengurangi lifetime dan efisiensi baterai.
4. Limbah
asam dari baterai jenis ini berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu
penanganan khusus.
Nickel-Based
Battery
Nickel-Based Battery
menggunakan nikel sebagai elektroda positif dan menggunakan larutan nikel
sebagai elektrolitnya. Baterai nikel memiliki tiga tipe sesuai dengan elektroda
negatif yang digunakan, yaitu Nickle-Cadmium
Battery (NiCd) - menggunakan kadmium hidroksida sebagai elektroda negatif, Nickel-Metal Hybrid Battery (NiMH) - menggunakan
campuran logam sebagai elektroda negatif, dan Nickel-Zinc Battery (NiZn) - menggunakan zink hidroksida sebagai
elektroda negatif.
Baterai
nikel biasa juga disebut dengan nama baterai alkalin. Tipikal baterai jenis ini
memiliki tegangan sel 1,2 volt (untuk NiZn tipikal 1,65 volt), dengan densitas
energi yang lebih tinggi dibandingkan baterai timbal, yaitu 50 Wh/kg untuk
NiCd, 80 Wh/kg untuk NiMH, dan 60 Wh/kg untuk NiZn.
Keunggulan
baterai nikel ada pada lifetime dan lifecycle dari tipe NiCd, yang lebih
panjang dari pada baterai timbal, yaitu 1.500
- 3.000 cycle pada penggunaan deep of
discharge yang tinggi. Selain itu, baterai nikel Dapat beroperasi pada suhu
rendah, yaitu pada suhu -200C hingga -400C.
Adapun
beberapa kekurangan baterai nikel atau alkalin ini adalah sebagai berikut:
1. Baterai
nikel tipe NiMH dan NiZn memiliki liftime
dan lifecycle relatif sama atau lebih
pendek dibandingkan baterai timbal.
2. Harga
baterai NiCd adalah sekitar 10 kali lebih mahal dibanding baterai timbal.
3. Efisiensi
lebih rendah dari baterai timbal, yaitu 60% - 83% untuk NiCd, 65% - 70% untuk
NiMH, dan sekitar 80% untuk NiZn.
4. Self-discharge
baterai nikel lebih tinggi, yaitu sekitar 10% dari kapasitasnya per bulan.
5. Sifat
racun pada zat cadmium menyebabkan baterai NiCd lebih sering digunakan untuk
penggunaan stationary use.
Lithium-Based
Battery
Lithium-Based Battery
memiliki 2 tipe, yaitu Lithium-Ion cells
(Li-Ion) dan Lithiun-Polymer cells
(Li-Pol). Tagangan sel baterai lithium tipikal lebih tinggi dari baterai timbal
dan nikel, yaitu mencapai 3,7 volt per sel. Teknologi baterai lithium hingga
kini belum ada yang digunakan untuk penyimpanan dalam sistem uninterrupted power supply (UPS). Namun,
baterai lithium lebih banyak digunakan
untuk teknologi mobile, seperti baterai
pada handphone, laptop dan lain-lain.
Perkembangan kemajuan baterai lithium hingga kini mulai banyak digunakan pada
kendaraan listrik (mobil listrik).
Dibandingkan
baterai timbal dan nikel, baterai lithium memiliki densitas energi lebih
tinggi, yaitu 80-150 Wh/kg. Juga densitas daya yang lebih tinggi pula, yaitu
500-2.000 W/kg untuk Li-Ion dan 50-250 W/kg Li-Pol. Beberapa keunggulan lainnya
adalah seperti berikut:
1. Efisiensi
lebih tinggi, yaitu mencapai 95% - 98%.
2. Self-discharge
cukup rendah, meskipun masih lebih tinggi dari baterai timbal, yaitu 5% dari
kapasitasnya per bulan.
3. Sangat
low maintenance.
4. Lifcycle
dapat lebih dari 1.500 cycle.
Adapun
beberapa kekurangan baterai lithium adalah sebagai berikut:
1. Lifetime
dapat berkurang pada temperatur tinggi dan deep
of discharge yang tinggi.
2. Mudah
pecah dan memerlukan rangkaian proteksi khusus agar dapat beroperasi dengan
aman (membatasi tegangan puncak tiap sel saat charging, dan mencegah tegangan sel jatuh terlalu rendah saat discharge).
3. Suhu
sel baterai harus dimonitor untuk mencegah suhu terlalu tinggi, dan arus charging dan discharge perlu dibatasi.
4. Harganya
relative jauh lebih mahal dibandingkan baterai nikel dan baterai timbal.
Komparasi
Baterai Timbal, Nikel dan Lithium
Tabel
di bawah ini menunjukan perbandingan dari tiga jenis baterai konvensional,
yaitu Lead-Acid Battery (Baterai
Timbal), Nickel-Based Battery (Baterai
Nikel) dan Lithium-Based Battery (Baterai
Lithium).
Tabel Komparasi Baterai Timbal, Nikel dan Lithium |
Baterai lithium memiliki efisiensi paling tinggi, namun memerlukan biaya yang jauh lebih tinggi
pula. Baterai timbal memiliki efisiensi yang cukup tinggi dengan harga paling
murah. Life cycle baterai timbal sekitar
75% dari baterai nikel dan 35% dari baterai lithium, namun memiliki kapital
kost energi 2 kali lebih murah dari baterai nikel dan 4 kali lebih murah dari baterai
lithium. Oleh karena itu, dari faktor biayanya, dengan mempertimbangkan usia
pakai juga, menurut hemat penulis, baterai timbal lebih unggul dari dua jenis
baterai lainnya.
Meskipun
efisiensinya paling tinggi, baterai lithium memiliki tingkat kematangan pada
aplikasi standby use pada kendaraan
listrik, dan kurang cocok dalam aplikasi penyimpanan yang beroperasi sebagai cycle use. Selain itu, baterai lithium
memiliki sifat mudah pecah, dan memerlukan perawatan yang ekstra, seperti
rangkaian proteksi charging dan
tegangan discharging. Sehingga memerlukan tingkat perawatan yang tinggi.
Baterai
timbal memiliki self discharge rate
paling rendah, hanya 2% dari kapasitasnya per bulan, sehingga cocok digunakan
untuk penyimpanan jangka panjang. Pada aspek lingkungan, baterai timbal
memiliki kekurangan berupa zat asam yang dapat menjadi limbah berbahaya. Namun,
dengan penanganan yang baik, kekurangan ini bukan sebuah permasalahan yang
signifikan. Selain itu, baterai timbal tidak memerlukan perawatan yang sulit
seperti baterai lithium.
Demikian
komparasi baterai timbal, nikel dan lithium yang dapat kami sampaikan pada
artikel kali ini. Pada dasarnya, setiap jenis baterai memiliki kelebiham dan
kekurangan masing masing, sehingga akan lebih cocok pada aplikasi tertentu, dan
akan kurang cocok pada aplikasi lainnya. Bila sobat ingin melengkapi referensi pembahasan
kami, silahkan tinggalkan komentar.
Penulis
: ER
0 Response to "Komparasi Baterai Timbal, Nikel dan Lithium"
Post a Comment