Teknologi Penyimpanan Energi Listrik
Overview Berbagai Teknologi Penyimpanan Energi Listrik |
Teknologi penyimpanan (storage technologies) membantu kita dalam mengelola dan mengontrol sesuatu yang kita simpan. Contohnya adalah sebuah tangki air di rumah kita, ia dapat menampung sejumlah volume air sesuai kapasitas tangki tersebut, untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas suplai air dalam selang waktu tertentu. Fungsi tangki air tersebut dapat sangat dirasakan misalnya ketika pompa air kita mengalami kerusakan. Selama masih ada cadangan air yang tersimpan di dalam tangki, kita tetap dapat menggunakan air selagi proses perbaikan pompa air yang rusak.
Selain pada
kasus kerusakan pompa air, manfaat tangki penyimpanan air dapat kita rasakan pula
ketika debit sumber air kita berkurang, misalnya saat musim kemarau. Tanpa
tangki penyimpanan, debit air keluaran pompa tidak cukup besar untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas kita sehari-hari. Namun dengan adanya tangki air, kita
dapat mengisi tangki tersebut pada waktu kita tidak memerlukan air, misalnya
pada malam hari, kemudian kita dapat pergunakan air dari tangki penyimpanan
tersebut pada siang hari dengan debit yang mencukupi. Sehingga suplai air dapat
lebih mudah kita kelola dan kita kontrol sesuai kebutuhan.
Pada artikel
kali ini, kita tidak akan membahas lebih jauh mengenai penyimpanan air. Akan
tetapi kita akan membahas mengenai teknologi penyimpanan energi listrik. Sama
halnya dengan air, energi listrik juga memerlukan sistem atau teknologi
penyimpanan, demi mencapai keuntungan-keuntungan tertentu. Contoh teknologi
penyimpanan energi listrik yang paling banyak digunakan adalah baterai, yang
digunakan dalam sistem starting dan suplai listrik standby pada
kendaraan bermotor, digunakan pula pada sistem solar sel (pembangkit listrik
tenaga surya), sistem turbin angin (pembangkit listrik tenaga bayu), alat
elektronika dan telekomunikasi, jam dinding dan jam tangan, dan lain-lain.
Tentu
baterai bukanlah satu-satunya teknologi penyimpanan energi listrik. Pada
postingan kali ini, kami ingin membahas secara meluas (tidak mendalam) mengenai
teknologi penyimpanan energi listrik, mulai dari peran pentingnya,
macam-macamnya, serta overview mengenai karakteristik tipikal dari
setiap jenis teknologi tersebut.
Peran Penting Teknologi Penyimpanan
Energi Listrik
Dengan memahami analogi fungsi tangki air yang telah
kami sampaikan, pada dasarnya penyimpanan energi listrik berfungsi untuk
membuat sistem suplai daya atau energi lebih stabil dan dapat menjadi cadangan
sumber energi saat terjadi kondisi darurat, seperti gangguan pada bagian
pembangkit atau sistem distribusi listriknya. Adapun peran penting lainnya
adalah sebagai berikut.
1. Fleksibilitas
Waktu Penggunaan
Di Indonesia, suplai listrik konvensional dilakukan
oleh jaringan listrik PLN. Tanpa penyimpanan, kita akan bergantung pada sistem
PLN. Ketika jaringan PLN ada masalah, suplai listrik akan berdampak ke rumah
kita, misalnya yaitu mati listrik. Maka dengan adanya penyimpanan energi
listrik, kita dapat menggunakan suplai PLN pada kondisi normal, dan dapat pula menggunakan
listrik yang kita simpan kapanpun sesuai kebutuhan, seperti saat suplai PLN
mengalam kendala. Sehingga akan lebih fleksibel dalam menggunakan energi
listrik.
Fungsi lainnya yaitu pada saat memasuki waktu beban
puncak (peak hour) atau biasa disingkat WBP, harga listrik menjadi lebih
mahal, yaitu 150% dari tarif normal, dikarenakan dibutuhkan sumber energi base load yang lebih besar. Namun dengan
menggunakan teknologi penyimpanan, listrik dapat disimpan pada waktu lain
diluar WBP (tarif normal), kemudian dari alat penyimpanan, listrik dapat di
alirkan pada waktu WBP, sehingga dari sisi pengguna, tidak akan terkena biaya
WBP. Di Indonesia, WBP adalah waktu dari pukul 17.00 – 22.00.
2. Lebih
Menunjang Daerah Pedalaman
Dengan teknologi penyimpanan energi listrik,
kebutuhan suplai di daerah yang sulit terjamah sistem distribusi listrik PLN
(seperti area kepulauan kecil, pegunungan sepi pemukim, desa terpencil, dan
lain-lain) menjadi lebih mudah dalam menggunakan berbagai energi terbarukan
dengan kualitas daya yang andal, nominal tegangan dan frekuensi lebih stabil
dan lebih mudah dikontrol.
3. Mobilitas
Lebih Baik
Teknologi penyimpan energi listrik berperan penting
sebagai cadangan suplai daya darurat, misalnya dalam keadaan jaringan listrik terganggu
atau pada saat pemeliharaan sistem pembangkit. Selain itu, pada aplikasi produk
mobile, seperti handphone, notebook,
laptop, jam tangan, hingga mobil listrik dan peralatan berbasis energi listrik
lainnya yang sering dugunakan diluar ruangan, menjadi lebih maju dan mudah
digunakan dengan adanya teknologi penyimpanan energi listrik.
Macam-Macam Teknologi Penyimpanan Energi
Listrik
Berdasarkan jenis energi yang disimpan, teknologi
penyimpanan energi listrik dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu mechanical
storage, electrochemical storage, chemical storage, electrical storage dan thermal
energy storage. Di bawah ini merupakan gambar klasifikasi sistem
penyimpanan energi beserta contoh-contohnya.
Klasifikasi Teknologi Penyimpanan Energi Listrik |
1. Mechanical
Storage Systems
a. Pump Hydro Storage (PHS), merupakan sistem penyimpanan yang memanfaatkan excess power pada sistem tenaga listrik untuk mensuplai daya pada
pompa air, untuk memompa air ke reservoir pada ketinggian tertentu, sehingga
memiliki energi potensial yang lebih tinggi. Kemudian, saat waktu beban puncak
terjadi (WBP), air digunakan untuk membangkitkan listrik tenaga air.
b. Compressed Air Energy Storage (CAES), Sistem
ini memanfaatkan energi listrik yang berlebih untuk memutar motor, putaran
rotor menggerakkan mekanisme kompresor udara dan menyimpan udara bertekanan
tinggi dalam sebuah tempat (bisa dalam tanah atau dalam tabung). Saat
dibutuhkan, udara bertekanan tinggi dialirkan melalui recuperator untuk memutar turbin generator, sehingga menghasilkan
energi listrik.
c. Flywheel Energy Storage (FES), teknologi ini menyimpan energi rotasi dalam sebuah
rotor yang berputar dipercepat. Rotor tersebut berbentuk silider yang besar, tergantung
kapasitasnya, dan terpasang pada shaft rotor generator. Prinsipnya, saat
generator digerakkan oleh energi lain (turbin uap, turbin angin, BBM, dll),
shaft tersebut beserta flywheel akan berputar mencapai rate kecepatan tertentu,
lalu saat suplai daya sesaat hilang, kelembaman pada flywheel yang besar akan
tetap memutar shaft rotor generator dalam selang waktu tertentu, sehingga
generator masih bisa menghasilkan listrik.
2. Electrochemical
Storage Systems
a. Lead Acid Battery (LA), merupakan
baterai yang paling umum digunakan dalam sistem penyimpanan energi listrik. Prinsip
kerja baterai asam-timbal berdasarkan reaksi kimia antara timbal dioksida (sebagai
katoda), timbal (sebagai anoda), dan asam sulfat (H2SO4) sebagai larutan
elektrolit.
b. Nickel Cadmium Battery (NiCd), baterai ini menggunakan
nikel sebagai elektroda positif, kadmium hidroksida sebagai elektroda negative
dan menggunakan larutan nikel sebagai elektrolitnya.
c. Nickel Metal Hybrid Battery (NiMH), baterai menggunakan
nikel sebagai elektroda positif, campuran logam sebagai elektroda negative dan
menggunakan larutan nikel sebagai elektrolitnya.
d. Lithium Ion Battery (Li-Ion), baterai ini umum
digunakan untuk teknologi mobile,
seperti handphone, laptop dan
lain-lain. Perkembangan kemajuan baterai lithium hingga kini mulai banyak
digunakan pada kendaraan listrik.
e. Nickel Zinc Battery (NiZn), baterai ini menggunakan
nikel sebagai elektroda positif, Zink Hidroksida sebagai elektroda negative dan
menggunakan larutan nikel sebagai elektrolitnya.
f. Sodium Sulfur Battery (NaS), baterai ini terdiri dari cairan sulfur sebagai
elektroda positif dan cairan sodium sebagai elektroda negative. Kemudian bagian
elektrolitnya digunakan beta alumina ceramic padat.
g. Sodium Nickel Chloride Battery (NaNiCl), baterai ini menggunakan sulfur cair sebagai
elektroda negatif dan nikel klorida sebagai elektroda positif. Untuk bagian
elektrolit sama dengan NaS, yaitu menggunakan beta alumina ceramic padat. Beterai
jenis ini dikenal juga dengan sebutan ZEBRA (zero emission battery research)
Battery.
h. Vanadium Redox Flow Battery (VRFB), pada sistem redox flow battery, dua jenis cairan
elektrolit yang mengandung ion metal terlarut sebagai massa aktif, dipompa
berlawanan arah menuju kedua sisi sel elektrokimia. Elektrolit yang menuju elektroda
negative disebut anolyte, dan yang menuju elektroda positif disebut catholyte.
VRFB menggunakan metal yang sama pada kedua elektroda, yaitu dari bahan vanadium.
i. Hybrid Flow Battery (HFB), pada baterai jenis ini, salah satu massa aktif
tersimpan secara internal dalam sel elektrokimia, dan cairan elektrolitnya
tersimpan dalam tangka eksternal. Dan untuk prinsip kerja HFB merupakan kombinasi
antara baterai konvensional dengan Redox Flow Battery (RFB).
Untuk penjelasan singkat mengenai chemical storage
systems, electrical storage system, dan thermal storage system, kami memilih
untuk membahasnya pada kesempatan lain. Namun kami tetap akan memuatnya dalam pembahasan
overview karakteristik tipikal berbagai jenis teknologi penyimpanan energi
listrik pada pembahasan bagian selanjutnya.
Overview
Karakteristik Teknologi Penyimpanan Energi Listrik
Perbandingan spesifikasi atau karakteristik tipikal
dari berbagai teknologi penyimpanan energi listrik yang meliputi tegangan
nominal (Volt), densitas energi (Watt-hours per Kg), densitas daya (Watt per
Kg), Efisiensi (%), Lifetime (Tahun) dan Lifecycle (Cycle) kami rangkum dalam
table di bawah ini.
Overview Karakteristik Tipikal Berbagai Teknologi Penyimpanan Listrik |
Adapun aplikasi tipikal dari setiap jenis teknologi
penyimpanan energi listrik adalah seperti yang terangkum dalam table berikut.
Tipikal Aplikasi Berbagai Teknologi Penyimpanan Energi Listrik |
Demikian pembahasan dari kami mengenai teknologi
penyimpanan energi listrik. Bila sobat ingin melengkapi referensi kami atau
ingin berdiskusi lebih dalam, silahkan tinggalkan komentar ya.
Penulis : ER
0 Response to "Teknologi Penyimpanan Energi Listrik"
Post a Comment