Menjaga Frekuensi Dan Tegangan Pada Generator Sinkron
Alternator (Synchronous Generator) |
Generator sinkron atau biasa juga disebut alternator, merupakan sebuah mesin yang dapat mengubah daya mekanik menjadi daya listrik ac (alternating current). Oleh karena daya listrik yang dihasilkan adalah ac, mesin ini terkadang secara umum disebut sebagai generator ac. Contoh dari generator sinkron adalah mesin generator pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), tenaga air (PLTA atau PLTMH), tenaga angin (PLTB), tenaga gas bumi (PLTGB), mesin generator set (genset), alternator pada kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor), dan lain-lain.
Alternator secara garis besar terdiri dari 3
bagian, yaitu prime mover, rotor dan stator. Prime mover adalah
penggerak utama atau sumber energi mekanik, berfungsi untuk memutar shaft generator
atau memutar rotor. Prime mover dapat berupa steam turbine,
water turbin, gas turbine, mesin diesel, gasoline engine, wind
turbine, dan lain-lain. Bagian kedua yaitu rotor, merupakan bagian
yang berputar pada generator sinkron. Rotor berfungsi sebagai sumber
medan magnet dan memiliki belitan yang disebut field coil. Field coil
disuplai arus dc (direct current/bolak balik), sehingga menimbulkan
medan magnet statis pada sekitar rotor. Apabila rotor diputar
oleh prime mover, medan magnet yang awalnya diam akan menjadi berputar,
menghasilkan medan putar (medan magnet dinamis). Bagian ketiga adalah stator,
yaitu bagian dari generator yang diam. Stator merupaka belitan yang
disebut armature coil. Medan magnet putar yang dihasilkan rotor,
akan menyebabkan induksi tegangan listrik pada armature coil, sehingga
terjadilah konversi energi mekanik dari prime mover menjadi energi
listrik pada terminal stator.
Dalam menjaga stabilitas daya listrik
yang dihasilkan, sistem kontrol sebuah generator sinkron haruslah dapat menjaga
frekuensi dan tegangan keluaran pada terminal outputnya. Bagaimana cara menjaga
frekuensi dan tegangan pada generator sinkron? Dan bagaimana pengaruh variasi
beban pada generator sinkron terhadap performa frekuensi dan tegangannya? Semua
itu akan kami bahas dalam artikel ini.
Frekuensi
Dan Kecepatan Generator Sinkron
Seperti yang telah kami singgung, prime
mover menggerakkan shaft generator, yang berarti pula menggerakkan bagian
rotor pada kecepatan putar tertentu, dan kita akan sebut sebagai n (dalam
satuan revolusi per menit, rpm). Kecepatan putar rotor ini berbanding lurus
dengan frekuensi listrik yang dihasilkan, mengikuti persamaan berikut ini.
F = (n x P) / 120
Dimana F adalah frekuensi listrik yang
dihasilkan (Hz), n adalah kecepatan putar shaft/rotor (rpm), dan P
adalah jumlah kutub pada rotor (jumlah poles).
Dari persamaan diatas, setiap
generator sinkron atau alternator, kita dapat memastikan kecepatan mesin
berdasarkan frekuensi kerja mesin. Misalnya, bila generator menghasilkan
frekuensi 50 Hz, dan memiliki 4 poles, maka dapat dipastikan kecepatan mesin
adalah 1500 rpm. Contoh lain, bila generator bekerja pada frekuensi 50 Hz, dan
memiliki 12 poles, maka kecepatan kerja mesin adalah 500 rpm.
Semakin banyak jumlah pole, semakin
rendah kecepatan rotor yang diperlukan untuk menghasilkan frekuensi listrik
yang sama. Itulah sebabnya, pada prime mover dengan sumber daya low
speed, seperti turbin air, turbin angin, cenderung selalu menggunakan
generator dengan jumlah pole yang banyak (8 pole, 12 pole, atau lebih). Sebaliknya,
pada prime mover dengan sumber daya high speed, seperti mesin diesel, turbin
uap, turbin gas, cenderung menggunakan generator dengan jumlah pole sedikit (2
pole atau 4 pole).
Dari persamaan tersebut pula, karena
jumlah pole adalah tetap (sesuai desain mesin), maka, perubahan kecepatan prime
mover, selalu berarti perubahan frekuensi listrik yang dihasilkan. Semakin cepat
kecepatan rotor, semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan, begitu juga
sebaliknya. Oleh karena itu, pada sistem prime mover, umumnya terdapat
sistem bernama Governor, dimana fungsinya adalah untuk mengontrol
frekuensi output dengan cara mengontrol kecepatan prime mover. Set point
dalam governor sistem adalah frekuensi yang diinginkan ketika generator
dalam kondisi tidak berbeban, misalnya 50 Hz atau 60 Hz.
Tegangan
dan Flux Magnet Generator Sinkron
Medan magnet (flux magnet) dihasilkan
oleh suplai arus dc pada rangkaian field coil, yang terpasang pada
bagian rotor. Dalam hukum fisika, bila dalam sebuah medan magnet yang bergerak,
terdapat kawat konduktor, maka akan muncul tegangan induksi pada kawat
tersebut. Itulah mengapa, ketika field coil di aliri arus dc (arus field),
maka akan timbul medan magnet atau flux magnet statis (diam) disekitar
rotor. Kemudian ketika rotor berputar digerakkan oleh prime mover, flux
magnet menjadi bergerak atau berputar dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan rotor. Flux magnet yang berputar disekitar rotor ini, akan
menyebabkan induksi tegangan pada armature coil (belitar stator),
sehingga generator akan menghasilkan daya listrik. Tegangan induksi yang
dihasilkan pada stator, akan berbanding lurus dengan kecepatan rotor dan
besarnya flux magnet yang dihasilkan oleh arus field, sesuai dengan
persamaan berikut.
E = K x Φ x ω
Dimana E adalah tegangan induksi pada
stator (V), K adalah konstanta yang nilainya dipengaruhi oleh konstruksi mesin,
Φ adalah besarnya flux magnet (Wb), dan ω adalah kecepatan sudut (angular)
rotor (rad/s).
Perhatikan bahwa dari persamaan
diatas, semakin besar flux magnet, maka semakin besar tegangan yang dihasilkan.
Begitu juga sebaliknya. Besarnya flux magnet tergantung dari besarnya arus
eksitasi (arus field), yaitu arus dc yang menyuplai rangkaian field coil
di dalam rotor. Umumnya arus field ini dapat dikontrol nilainya dengan adanya
variable resistor yang dipasang seri dengan field coil. Kemudian,
semakin tinggi kecepatan putar rotor, tegangan yang dihasilkan akan semakin
tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Namun, pada praktiknya, seperti yang sudah
kita bahas, kecepatan akan mempengaruhi nilai frekuensi, sehingga umumnya
kecepatan rotor akan selalu dijaga tetap untuk mempertahankan frekunsi listrik.
Untuk menjaga nilai tegangan yang
dihasilkan generator konstan, umumnya generator sinkron dilengkapi dengan
komponen voltage regulator atau automatic voltage regulator
(AVR). AVR akan menerima atau mendeteksi tegangan output generator, dan
mengontrol besarnya arus dc (arus field) yang menyuplai belitan rotor (field
coil). Bila tegangan output lebih rendah dari set pointnya, maka AVR akan
memperbesar arus dc tersebut, sehingga memperbesar flux magnet, dan hasilnya
tegangan keluaran generator akan meningkat. Sebaliknya bila tegangan output
lebih tinggi dari set pointnya, maka AVR akan memperkecil arus eksitasi
tersebut.
Pengaruh
Variasi Beban Pada Generator Sinkron
Variasi beban akan berpengaruh pada perubahan
tegangan yang dihasilkan oleh generator sinkron. Dalam sistem kelistrikan, kita
mengenal 3 jenis beban, yang pertama adalah beban inductive (lagging
power factor), yang kedua adalah beban resistive (unity power
factor), dan yang ketiga adalah beban capasitive (leading power
factor).
Pada saat generator sinkron dibebani
dengan beban inductive, maka sudut fasa arus akan tertinggal oleh sudut
fasa tegangan (lagging power factor). Beban inductive berarti
beban mengonsumsi daya reaktif, sehingga generator akan menyuplai daya reaktif
(+Q). Semakin besar daya reaktif yang disuplai (semakin besar beban inductive-nya),
akan menyebabkan penurunan nilai tegangan output generator secara signifikan. Pada
kasus power factor lagging, AVR akan memperbesar suplai arus eksitasi/arus
dc/arus field pada rangkaian field coil dalam rotor, untuk
mempertahan (meningkatkan) nilai tegangan sesuai nominalnya.
Pada saat generator sinkron dibebani
dengan beban resistive, maka sudut fasa arus dan sudut fasa tegangan akan
bernilai sama (unity power factor). Pada kondisi beban resistive, daya
reaktif akan bernilai 0. Semakin besar daya beban resistif yang diberikan pada
generator sinkron, akan menyebabkan sedikit penurunan nilai tegangan outputnya.
Pada kasus power factor unity, AVR akan sedikit memperbesar suplai arus
eksitasi/arus dc/arus field pada rangkaian field coil dalam rotor,
untuk mempertahan nilai tegangan sesuai nominalnya.
Pada saat generator sinkron dibebani
dengan beban capasitive, maka sudut fasa arus akan mendahului sudut fasa
tegangan (leading power factor). Beban capasitive berarti beban menyuplai daya reaktif, sehingga
generator akan mengonsumsi daya reaktif (-Q). Semakin besar daya reaktif yang
dikonsumsi (semakin besar beban capasitive-nya), akan menyebabkan peningkatan
nilai tegangan output generator secara signifikan. Pada kasus power factor leading,
AVR akan memperkecil suplai arus eksitasi/arus dc/arus field pada
rangkaian field coil dalam rotor, untuk mempertahan (menurunkan) nilai
tegangan sesuai nominalnya.
Hubungan
Frekuensi Dan Daya Aktif
Semakin besar daya aktif (real
power) yang disuplai oleh generator sinkron kepada beban, akan menyebabkan
penurunan kecepatan shaft rotor, yang berarti pula menyebabkan penurunan
nilai frekuensi listrik yang dihasilkan. Oleh karena itu, sistem prime mover
akan membutuhkan governor yang berfungsi menjaga frekuensi nominal
generator. Ketika generator dibebani dengan beban yang semakin besar, dan
terjadi penurunan frekuensi dan kecepatan, langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan memperbesar set point governor, sehingga governor akan
meningkatkan kecepatan prime mover, dan frekuensi listrik yang
dihasilkan akan meningkat pula. Apabila terjadi sebaliknya, misalnya dalam
kasus terjadi pengurangan beban, maka set point governor dapat
diturunkan untuk menurunkan frekuensi.
Hubungan
Tegangan Dan Daya Reaktif
Semakin besar daya reaktif (reactive
power) yang disuplai oleh generator sinkron kepada beban, akan menyebabkan
penurunan tegangan output. Oleh karena itu, generator sinkron atau alternator akan
membutuhkan automatic voltage regulator (AVR) yang berfungsi menjaga tegangan
nominal generator. Ketika generator dibebani dengan beban inductive yang
semakin besar, dan terjadi penurunan tegangan, AVR akan memperbesar arus field
sebagaimana yang sudah kami jelaskan sebelumnya. Apabila terjadi sebaliknya,
misalnya dalam kasus terjadi peningkatan beban capasitive, maka AVR akan
memperkecil arus field.
Demikian penjelasan dari kami tentang konsep
menjaga frekuensi dan tegangan pada generator sinkron. Sebagai informasi
tambahan, umumnya dalam kenyataan, beban listrik mayoritas akan bersifat inductive
(lagging power factor), dan hal ini dapat menyebabkan rendahnya nilai power
factor (PF) dan menimbulkan kualitas daya yang buruk, seperti drop tegangan
tinggi dan arus listrik menjadi lebih besar untuk besaran beban yang sama. Untuk
mengatasi masalah ini, kita dapat menggunakan capacitor bank untuk
memperbaiki PF dan kualitas daya sistem kelistrikan. Bila kalian berminat
mempelajari tentang solusi ini, kalian dapat membaca artikel kami dengan judul “Menghitung Kebutuhan KVAR Capasitor Bank”.
Penulis : ER
0 Response to "Menjaga Frekuensi Dan Tegangan Pada Generator Sinkron"
Post a Comment