Peran Penting Trafo Pada Sistem Tenaga Listrik
Trafo/Transformator/Transformer |
Trafo atau biasa juga disebut transformator, adalah sebuah mesin yang berfungsi sebagai pengubah nilai tegangan listrik ac (alternating current – arus bolak balik) melalui prinsip induksi medan magnet. Pada ranah internasional, trafo umumnya disebut dengan nama transformer.
Pada sistem tenaga listrik, trafo memiliki
peran yang sangat penting baik dalam sistem transmisi daya listrik maupun
sistem distribusi daya listrik. Untuk lebih detailnya, berikut kami bahas
mengenai peran penting trafo pada sistem tenaga listrik.
Peran
Trafo Pada Sistem Transmisi
Pada sistem pembangkit listrik modern,
generator menghasilkan tegangan keluaran 12 – 25 kV. Di Indonesia, umumnya generator-generator
pada pembangkit listrik konvensional menghasilkan tegangan keluaran 16,5 kV. Energi
listrik dari generator, kemudian disalurkan ke sistem transmisi melalui trafo step-up,
yang berfungsi untuk meningkatkan level tegangan dari 16,5 kV menjadi 500 kV
(SUTET, saluran udara tegangan ekstra tinggi), atau menjadi 150 kV (SUTT,
saluran udara tegangan tinggi). SUTT juga terkadang mengacu pada nilai tegangan
70 kV.
Mengapa pada sistem transmisi, level
tegangan perlu ditingkatkan ke level yang lebih tinggi menggunakan trafo step-up?
Pertama, nilai tegangan dan arus pada trafo saling berbanding terbalik. Jadi,
bila trafo step-up meningkatkan tegangan pada sisi sekunder (keluaran),
maka arus yang mengalir pada sisi sekunder akan lebih kecil dibandingkan
arus pada sisi primer (masukan). Akibatnya, rugi-rugi daya pada saluran transmisi
akan berkurang secara signifikan, karena rugi-rugi daya pada konduktor
(tembaga, aluminium, atau campuran) berbanding lurus dengan kuadrat arus yang
mengalir dan hambatan total pada konduktor tersebut (P = I2 * R, P
adalah daya dalam watt, I adalah arus dalam ampere, dan R adalah hambatan dalam
ohm).
Pada kenyataannya, jarak saluran
transmisi sangatlah jauh, bisa mencapai ratusan kilometer. Semakin panjang saluran
konduktor transmisi, tentu semakin besar hambatannya. Maka dengan memahami konsep
tersebut, penurunan arus sebesar 10 faktor, berefek pada penurunan rugi-rugi
daya sebesar 100 faktor. Tentu ini menjadikan peranan trafo sangat penting dalam
efisiensi energi dan biaya.
Kedua, konduktor saluran transmisi (overhead
line), dapat kita sederhanakan layaknya sebuah kabel. Ia memiliki kapasitas
kuat hantar arus (KHA) atau juga biasa disebut current ampacity, yaitu
arus listrik maksimal yang bisa dialirkan melalui konduktor atau kabel
tersebut. Semakin besar ukuran penampang konduktor, maka akan semakin besar
pula KHA nya. Maka mengapa konduktor pada saluran transmisi, yang dilalui daya
listrik yang sangat besar, berukuran penampang kecil? Jawabannya adalah karena
pada sistem transmisi, arusnya relatif kecil karena tegangannya dinaikkan ke
level SUTET atau SUTT. Peran trafo disini berefek pada penghematan biaya konduktor,
baik dari segi kuantitas material yang lebih minim, juga pada aspek biaya
instalasi, karena semakin kecil ukuran konduktor, tentu semakin mudah
pengerjaan instalasinya.
Peran
Trafo Pada Sistem Distribusi
Setelah melalui saluran transmisi
(SUTET atau SUTT), tegangan listrik diturunkan menggunakan trafo step-down
pada nilai 20 kV, dan memasuki sistem baru, yaitu sistem distribusi tegangan
menengah. Tentu tidak semua negara menggunakan referensi nilai yang sama, akan
tetapi secara global, sistem distribusi tegangan menengah umumnya berkisar antara
2,3 – 34,5 kV.
Di Indonesia, sistem distribusi
tegangan menengah ini terbagi menjadi dua jenis saluran, yaitu SUTM (saluran
udara tegangan menengah) dan SKTM (saluran kabel tegangan menengah). Keduanya beroperasi
pada level tegangan 20 kV. SUTM umumnya digunakan untuk mensuplai kebutuhan daya
rendah (rumah tangga, bangunan kecil, dll), banyak kita lihat salurannya pada
tiang-tiang listrik beton di pinggir jalan dengan tiga kabel yang membentang di
atasnya. Sedangkan SKTM umumnya digunakan untuk mensuplai kebutuhan daya besar
(industri, gedung besar, dll), saluran kabelnya ditanam dibawah tanah, biasanya
dipasang langsung dari gardu distribusi menuju gardu pelanggan, semisal di
pabrik, gedung, dll.
Dalam sistem distribusi, peran utama
trafo adalah untuk alokasi pembagian daya. Misalnya, dalam sebuah kawasan industri,
dibuat 1 buah gardu distribusi (substation) dengan tujuan untuk
mencukupi suplai listrik untuk 20 pabrik. Bila setiap pabrik diberi alokasi daya
sebesar 4.000 kVA, maka total alokasi daya untuk 20 pabrik tersebut adalah
sebesar 80.000 kVA, maka kapasitas gardu distribusi tersebut minimal adalah
80.000 kVA atau 80 MVA. Peran trafo di sini penting untuk keamanan dan jaminan
keandalan sistem suplai listrik ke pelanggan.
Peran lainnya adalah berkenaan dengan
efisiensi biaya juga. Dimana pelanggan PLN yakni terbagi menjadi dua
berdasarkan nilai tegangannya, yaitu pelanggan tegangan menengah (20 kV) dan
pelanggan tegangan rendah (220 V atau 380 V). Pada pelanggan tegangan menengah,
seperti industri, sistem distribusi tegangan rendah menjadi tanggung jawab
pelanggan sendiri, sehingga PLN tidak perlu keluar biaya untuk instalasi gardu
tegangan rendah dari 20 kV menjadi 220/380 V. Namun untuk pelanggan tegangan
rendah, seperti di rumah sobat semua, PLN menanggung biaya instalasi distribusi
tegangan rendah, sehingga suplai ke KWH meter di rumah kita sudah bernilai 220/380V.
Sekarang pertanyaanya, mengapa pada
sistem distribusi, tegangan harus diturunkan? Yang paling pokok adalah karena
peralatan disisi user semuanya menggunakan tegangan rendah. Namun selain itu,
hal yang ingin kami bahas disini adalah mengenai biaya instalasi perkabelan.
Berbeda dengan saluran transmisi yang
bisa menggunakan konduktor telanjang, tanpa insulasi (kulit kabel), saluran
distribusi cukup dekat dengan aktifitas dan bangunan masyarakat. Sehingga akan
sangat berbahaya bila menggunakan konduktor seperti pada saluran transmisi. Oleh
karena itu, baik SUTM maupun SKTM, digunakan kabel sebagai saluran energi
listriknya.
Kabel memiliki insulasi sehingga dapat
memisahkan bagian bertegangan dengan material lain disekitarnya, juga mencegah
manusia tersengat listrik. Selain luas penampang konduktornya, harga kabel juga
sangat dipengaruhi oleh kualitas inslulasinya. Semakin tinggi level tegangan,
maka semakin besar medan listrik yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi juga
tingkat kualitas insulasinya, sehingga harga kabel untuk tegangan tinggi pasti
lebih mahal dari kabel tegangan rendah dengan KHA yang sama. Itulah mengapa
dalam sistem distribusi tegangan menengah, tegangan diturunkan menjadi 20 kV,
karena bila lebih besar, maka biaya instalasi saluran distribusi tegangan
menengah juga akan semakin tinggi.
Demikian informasi yang dapat kami
sampaikan tentang peran penting trafo pada sistem tenaga listrik. Tentu masih
banyak peran trafo dalam bidang lain, seperti pada instrumentasi, sistem
telekomunikasi, hingga peralatan elektronika rumah tangga, hampir semuanya memuat
komponen trafo. Namun hal itu akan kami bahas pada artikel lain. Untuk diskusi
lebih lanjut tentang topik artikel ini, silahkan tinggalkan opini kalian di
kolom komentar.
Penulis : ER
0 Response to "Peran Penting Trafo Pada Sistem Tenaga Listrik"
Post a Comment